Networking, Lobbying, dan Negosiasi

Terdapat tiga kata keramat yang sering menyertai keberhasilan bisnis, networking, lobbying dan negosiasi. Dahulu lobbying sering dianggap negatif. Sekarang, perusahaan-perusahaan internasional banyak didukung oleh pelobi-pelobi mantan politikus atau mantan pemimpin dunia.

Menurut Naisbitt, salah satu kecenderungan yang akan mempengaruhi sepak terjang kita dalam dunia bisnis masa sekarang dan akan datang adalah pergeseran dari batasan antar-negara kepada kekuatan networking. Tentu saja hal ini tidak lepas dari pergeseran struktur pasar yang mengarah pada globalisasi yang melahirkan networking berskala internasional.

Kejelian dalam melihat peluang untuk melaksanakan aliansi strategis dengan tujuan dapat membentuk kekuatan secara lebih cepat dan lebih mantap menjadi sangat dominan artinya. Oleh karena itu jelaslah bahwa kita memerlukan para pemain bisnis yang memiliki wawasan global Salah satu konsekuensi dari networking internasional adalah bertambahnya derajat keragaman dalam lingkungan bisnis.

Networking dalam dunia bisnis sering diperantarai oleh kegiatan lobbying dan sebaliknya lobbying sering dipermudah jika memiliki networking yang kuat dan luas. Saya rasa kita masih perlu mendalami lebih jauh mengenai konsep lobbying dan beberapa kata kunci yang harus kita pegang dalam mengimplementasikannya.

Lobbying pada dasarnya merupakan usaha-usaha yang dilaksanakan untuk dapat mempengaruhi pihak-pihak tertentu dengan tujuan memperoleh hasil yang favorable. Favorable di sini tidak berarti selalu harus mencapai sasaran yang diinginkan atau selalu menguntungkan, akan tetapi lebih pada pembentukan sudut pandang positif terhadap topik lobbying dari kacamata pandang pihak-pihak yang menjadi sasaran atau target lobbying yang selanjutnya secara berantai diharapkan memberikan dampak positif pula bagi pencapaian tujuan kita. Jadi sebenarnya lobbying mempengaruhi target yang dilobi agar mempunyai sikap yang positif .

Sebelum melakukan lobbying, sebaiknya mengumpulkan dan menganalisa informasi yang kemudian dimanfaatkan untuk menentukan strategi lobbying. Harus diingat bahwa penentuan strategi lobbying harus didesain secara khusus untuk setiap target lobbying. Selanjutnya, dilakukan pengembangan disain lobbying yang mencakup kontak, pemilihan tempat, format isi dan aktivitas follow up yang harus dilaksanakan untuk mendukung kelancaran jalannya lobbying.

Setiap aktivitas lobbying mengandung dua hal, yaitu bagaimana mengadakan kontak dan menanamkan pengaruh. Ketrampilan lobbying adalah kemampuan kita dalam mengolah kedua hal tersebut dalam suatu bentuk kesatuan yang utuh dan tidak hanya berorientasi pada hasil jangka pendek, tapi juga jangka panjang.

Setiap aktivitas lobbying selalu didahului, disertai dan diakhiri oleh adanya 'kontak', baik untuk lobbying formal maupun informal. Selanjutnya, dalam setiap aktivitas lobbying baik yang ditujukan untuk individu, organisasi atau untuk kombinasi antara individu dan kelompok tertentu, selalu terkandung tujuan yang sama, yaitu untuk menciptakan "pengaruh" positif melalui berbagai strategi dan taktik yang diterapkan.

Dalam menghadapi situasi bisnis di mana kecepatan dan ketepatan menjadi kata kunci kesuksesan, kejelian untuk dapat menangkap momen yang tepat untuk melakukan lobbying menjadi semakin penting. Lobbying tidak hanya dilakukan apabila program tersebut sudah direncanakan, tetapi dapat juga terjadi dalam suasana kebetulan, yaitu apabila kita melihat munculnya kesempatan lobbying dalam suatu acara atau aktivitas tertentu.

Merencanakan dan melaksanakan lobbying juga harus memperhatikan apakah target lobbying sudah dikenal dengan baik, atau belum dikenal sama sekali. Kita juga harus memahami reputasi target lobbying di kalangan masyarakat dan pola pembinaan hubungan praktis yang harus diikuti. Di samping itu, kita harus memahami berbagai hal yang berkaitan dengan target lobbying, seperti misalnya kebiasaan dan fokus serta kecenderungan pemikiran target lobbying karena hal ini sangat membantu dalam membina komunikasi efektif dalam proses lobbying.

Menjadi lobbyist memerlukan keterbukaan wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang cukup mendalam. Kesemuanya ini dapat diperoleh dari proses pengembangan diri berkesinambungan yang pada awalnya harus mencakup pengembangan kompetensi untuk mengelola kombinasi "kontak-target-waktu-tempat" secara efektif dan efisien. Hal ini hanya dapat diwujudkan secara nyata apabila lobbyist telah membekali diri dengan keterampilan untuk membina hubungan dengan orang lain (interpersonal) dan tentu saja dengan kemampuan untuk menjadi active listener dan assertive presenter.

Intuisi, fleksibilitas dan sensitivitas dalam mengelola situasi merupakan elemen-elemen pendukung kesukesan suatu lobbying. Lobbying selalu mengandung unsur entertainment. Unsur penentu kesuksesan lobbying selengkapnya tertuang dalam The Jakarta Consulting Group's Lobbying Mix yang mencakup Situation, Message, Entertainment dan Follow up action.

Seringkali dalam lobbying tersimpan juga unsur negosiasi atau lobbying berperan sebagai langkah awal dari negosiasi. Kekuatan negosiasi terletak pada fokusnya, yaitu yang bertumpu pada pencapaian kesepakatan yang saling menguntungkan. Kekuatan inti negosiator ulung adalah kemampuannya untuk memotivasi pihak lain atau yang diajak berunding untuk menerima tujuan negosiasi. Ketrampilan bernegosiasi terletak pada kemampuan untuk memunculkankekuatan persuasi atau faktor intellectual nonaggressiveness yang melekatdan menolak adanya pemanfaatan crude power.

Kenyataannya, tidak mudah untuk menciptakan suasana win-win yang menuju pada kesepakatan bersama. Untuk mendukung terciptanya kondisi win-win seorang negosiator tidak boleh hanya berfokus pada kepentingan sendiri, tetapi juga fokus pada kepentingan pihak lain yang menjadi lawan runding.

Dalam menghadapi era globalisasi, semakin meningkat kemungkinan untuk bernegosiasi dengan berbagai pihak dari berbagai penjuru dunia. Dalam hal ini upaya menciptakan situasi win-win menjadi semakin kompleks, terutama karena latar belakang budaya dan kebiasaan yang berbeda.

Kegagalan negosiasi dalam konteks internasional yang seringkali muncul adalah ketidakmampuan negosiator untuk menghidupkan suasana win-win serta kelalaiannya dalam mengelola "gap" budaya yang ada. Di samping itu, bahasa yang rumit mempengaruhi penerimaan informasi dan pembentukan persepsi pihak lawan runding.

Untuk mendukung terciptanya negosiasi efektif, terdapat empat faktor budaya yang harus diperhatikan. Keempat faktor ini mempengaruhi negosiasi di mana saja dan karenanya perlu dijadikan pedoman dalam mempersiapkan negosiasi antar-budaya. Keempat faktor tersebut meliputi identifikasi pemanfaatan waktu, individualisme versus kekuatan kelompok, pola komunikasi, dan derajat kepentingan formalitas dan conformity bagi suatu pihak.

Keempat faktor ini perlu dipahami secara mendalam karena mempengaruhi aspek-aspek utama dalam proses negosiasi, antara lain mempengaruhi pace dari proses negosiasi, mempengaruhi pemilihan strategi negosiasi yang akan digunakan dan mendukung upaya terbentuk hubungan yang harmonis, rasa percaya, keterkaitan emosi dan sensitivitas.

Selain itu, keempat faktor tersebut juga membantu dalam mengidentifikasi pola pengambilan keputusan, memahami alur pikir pihak lawan runding dan memberikan kontribusi cukup besar dalam hal pemahaman hal-hal yang berkaitan dengan kontrak dan administrasi.

Networking, lobbying dan negosiasi saling mendukung. Jika Anda punya network yang luas, tentu Anda lebih mudah mengadakan lobbying. Jika Anda jago melobi, tentu dengan mudah anda dapat mengembangkan network. Jika Anda memiliki keduangya jalan ke arah negosiasi terbentang luas. Dan Anda tentu sudah mengetahui manfaatnya bagi bisnis Anda.
http://www.wikimu.com/News/DisplayColumn.aspx?id=2429

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar